Sayang...Aku cemburu
Sayang...
Kemarin aku menanyakan “Boleh aku cemburu?” kemudian kamu
balik bertanya “sama siapa sayang?” aku menjawabnya “nanti...nanti kalau sudah
waktunya”
Aku berkata seperti itu karena sesungguhnya aku tidak
benar-benar sedang cemburu, aku hanya sedikit terganggu dengan orang-orang
disekelilingmu, sedikit saja sayang....akan hilang pasti, nanti. Ditengah kesibukanku
menyiapkan laporan untuk bos baruku, aku tiba-tiba teringat tentang cerita
semalam.
Percakapan semalam, sungguh tidak menggangguku. Tapi cerita
yang aku baca mengenai cerita semalam, sekarang...ini menggangguku. Aku tidak
tahu, apakah ini yang dinamakan cemburu. Padahal aku tahu, kamu mahir sekali
memberi nyawa pada setiap cerita-cerita berlabel fiksi itu. Aku mau percaya
itu, tunggu...aku masih meyakini itu, bagaimana kamu menceritakan setiap detil
tentang tokoh fiksimu itu, memang itu keahlianmu. Bukankah dulu aku pernah
menangis karena cerita-ceritamu. Aku akan terus meyakini itu, label fiksimu
adalah fiksi, dengan sedikit nyawa kau hembuskan untuk membuatnya hidup, fiksi
kan sayang?
Tapi bolehkah kamu membantuku menjelaskan apa yang terjadi
disini, bergemuruh sekali ketika aku membacanya sayang, seperti kamu pernah
larut didalamnya, mengecap setiap bahagianya, aku khawatir kamu tidak
benar-benar melepaskannya. Ah sayang...seharusnya aku bisa mendeskripsikan apa
ini sebenarnya. Bukankah selama ini aku menjadi tempat bercerita tentang
masalah-masalah yang dialami temanku? Mengapa kali ini aku membutuhkanmu untuk
mengetahui apa yang terjadi denganku? Sungguh lucu, atau sebenarnya aku malu
mengakui kalau aku cemburu?
Tentang dia, yang kau tuliskan dalam lembaran blog-mu itu, yang
membuatku cemburu itu, sepertinya jauh sekali dengan diriku. Atau ini hanya
ketakutanku ya sayang? Ada sekitar dua atau tiga halaman tentang dia yang kamu
tuangkan dalam “sekeping frase” dan ada satu cerita yang sedang aku baca sambil
aku menulis surat ini, ehehehe aku tidak seceria dan semenarik dia (mungkin). Pikiran-pikirannya
yang kamu tuliskan, aku juga suka. Aku tidak seperti itu sayang, apa itu tidak
apa-apa? Bahkan aku baru tahu tentang cinta, udara dan air dari tulisanmu
tentang pikirannya.
Aku, seperti ingin mengatakan kepadamu tentang apa
kesukaanku, bagaimana aku begitu senang bertengger di lantai jemuran kosanku
ketika malam tidak menangis kadang aku yang menangis disana, meski langit tidak
cerah, berawan atau sebenarnya langit Jakarta memang jarang sekali cerah,
polusi menghalangi indahnya langit dimalam hari. Tetap saja aku senang
memandang gedung The Plaza disisi kanan kosanku, kamu tahu? Kalau lampu-lampu
gedung The Plaza akan otomatis mati ketika pukul 10 malam? Aku suka itu, lain
waktu datanglah ke tempatku, kita akan duduk berlama-lama berdua. Apakah dia
pernah memintamu datang ke teras rumahnya dan menikmati langit dari berandanya?
Sayang...aku tidak suka berlama-lama di kloset J
(ah kenapa aku seperti ingin mengomentari setiap cerita tentang dia?)
Aku berhenti cukup lama untuk melanjutkan surat ini, cukup
lama sampai aku memutuskan untuk menyudahi mengomentari, atau bercerita yang
sebenarnya kemana ujungnya aku juga tidak tahu. ehehehe harusnya kamu melihatku menulis surat
ini disela jam kerjaku, sesekali aku tersenyum karena membayangkan kamu, makhluk
yang membuatku cemburu. Duduk...memegang handphone dengan kedua tanganmu,
melihat ke arahku sambil tersenyum. Ya...bagian itu yang aku rindu dan
membuatku tersenyum, sekarang.
Sayang...belum pernah aku membaca cerita seremuk ah...sepertinya
kata remuk kurang tepat, tapi biarlah. Aku sedang mendramatisir surat ini
dengan kata remuk J.
Ini, bukan ceritanya yang remuk, tapi nyawa didalamnya. Setelah kamu membaca
surat ini, call me. Ada cerita yang ingin aku tahu, kejadian setelahnya.
^.^
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ke 16
aaa......sepertinya aku tau siapaaa...:D bagus ih...baguuuusss :D
BalasHapuseh eh eh pinter deh kamuuuuu
HapusMbak Mifta tulisan2nya enak dibaca ^_^
BalasHapusMakasih ^0^
Hapus