Menjadi Selingkuhan Bukan Pilihan


Mas,
Langsung saja ya, aku tidak pernah sanggup mengatakan ini langsung kepadamu, dan aku berulang kali mencoba merekam suaraku tapi gagal aku perdengarkan didepanmu. Berkali-kali aku menulis surat elektronik selalu gagal aku kirim, lucu memang. Seakan semua fasilitas tidak menginginkan aku mengakhiri ini semua.

Yang belum pernah aku coba hanya ini, pena dan kertas, memang sedikit old school tapi ga ada salahnya aku coba. Kalaupun aku kirimkan ke kantormu, tidak akan ada yang tahu, kecuali sekretarismu ngotot membukanya, sstt sengaja aku beri label confidential, sepertinya sekretarismu akan mengerti hal itu.

Begini, aku memang mencintaimu dari dulu sampai hari ini, sampai aku menulis surat ini. Apa mas juga mencintaiku? Kadang aku membodohi diriku dengan mengatakan tentu saja mas mencintaiku, kalau tidak mencintaiku kenapa mas mau menjalin hubungan denganku selama ini? Berapa lama mas? Ehmmm hampir 2tahun ya? Ah bukan itu yang akan aku bahas disini.

Aku ingin mengakhiri hubungan ini mas, kenapa? Pasti mas akan menanyakan itu. Bukan...bukan karena aku ingin naik kasta menjadi istrimu seperti Mayangsari yang akhirnya berhasil mendapatkan kursi sebagai permaisuri. Aku tidak meminta apa-apa, aku hanya akan mengejar kebahagiaanku dengan caraku sendiri. Memang sekarang aku belum punya calon, atau pacar atau teman dekat, bagaimana aku mendapatkan teman dekat kalau masih ada mas dihatiku.

Mas...aku memang melakukan kesalahan karena menerimamu dalam hidupku, dan hadir ditengah-tengah biduk pernikahanmu. Meski salah, aku mengakui ini adalah kesalahan yang indah. Aku tidak akan menuntut mas untuk meninggalkan istri atau menjadikanku istri kedua, bukan begitu. Aku yang harus mundur dan menghilang. Aku juga tidak ingin memberikan pilihan, atau menjadikanku pilihan.

Aku kecewa setengah dewa mas, aku berpikir diriku ini ada di kasta mana? Lebih hina dari kotoran buaya aku rasa, ah sudah lupakan saja. Soal aborsi yang sudah pernah aku lakukan atas permintaanmu, itulah kesalahan terbesar dalam hidupku, harusnya aku sudah menimang bayi berusia setahun, huh mungkin itu alasan kenapa aku ingin keluar dari kehidupanmu. Biarlah aku mencari laki-laki yang mau menghamiliku karena cinta dan mau memelihara kami berdua.

Saat nanti aku mengenakan kebaya putih di sebuah masjid, aku ingin laki-laki itu menyebut namaku dan bersalaman dengan ayahku, meminta restu kepada keluargaku dengan bangga dan bahagia. Kamu mas...boleh datang boleh tidak, namun jangan usik kebahagiaanku kelak seperti aku menjaga keluargamu selama ini.

Aku meninggalkan rumah dan semua pemberian dari mas, ah sesungguhnya barang-barang yang mas berikan kepadaku adalah barang terbaik yang pernah aku punya, tapi hartaku yang harus aku selamatkan cuma satu, HATIKU yang akan menuntunku menuju kebahagiaanku.

Aku selalu mencintaimu dengan caraku ...Mas.

Eh mas...jangan temui aku dulu ya, apalagi setelah baca surat ini. Yang ada bukannya bubaran, malah nangis-nangisan trus sayang-sayangan. Tahan dulu deh, nanti kita juga ketemu, tapi dengan cerita yang lain. Jangan cari-cari juga ya mas....

Ah aku harus nutup surat ini lagi, kalau cinta tidak harus memiliki bukan cinta namanya. Hari ini aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita, itulah pilihanku tentang cinta, setelah ini bukan cinta lagi namanya, karena aku bukan milikkmu, kamu adalah milik istrimu. Kalau bukan cinta apa namanya? Aku menyebutnya cinta yang telah berlalu, masa lalu. 

Komentar

Postingan Populer