Lagi...

Lagi...
Menitik air mataku hanya karena sapamu
Sambil tersenyum kubaca, sedikit menyeringai karena bangga
Ya...aku bisa melewatinya, melepasmu bersama dia
Menata kembali sisa-sisa pecahan, melepaskan sengsara yang kau tinggalkan
Melempar segala ketakutan karena usikmu bersama mereka

Lagi...
Sesak dadaku membaca pesanmu
Terima kasih karena mengenalku
Mengapa bukan maaf karena menyakitiku?
Terus saja kau berujar betapa istimewanya aku...Kala itu...
Seperti mencoba meluluhkan pertahananku

Aku bertanya...
Kenapa kau datang lagi?
Kenapa tak menghilang saja?
Masih banyak barisan pertanyaan kenapa dan kenapa
Kau terus saja mengatakan terima kasih
Betapa istimewanya aku
Betapa kamu tidak bisa melupakan aku
Bagaimana ketulusan hatiku, cintaku, rinduku, untukmu...
Waktu itu...dulu...

Tidak ada jawaban atas pertanyaanku
Oke ternyata ini lebih ke percakapan satu arah
Atau menyampaikan pesan terakhir, tanpa bisa dibantah
Lagi...aku menangis, selalu begitu setiap kau datang lagi
Meski hanya sebaris kata-kata
Hadirmu selalu mampu membangkitkan segala cinta, benci, amarah, apa saja
Aku masih bertanya-tanya
Kemudian kau berkata

“Maaf sudah mengusik kehidupan kamu lagi, bukan untuk menyapa tapi untuk pamit. Karena ini sepertinya sudah diujung jalan yang ga mungkin aku untuk berputar, berbalik arah ke arahmu. Aku sadar, rasa itu sudah tidak ada dan bukan untukku lagi. Once again, aku pamit ya ta. Take care my endless love”

Apaaaa???!!!!!! Kamu menyebut aku endless love?
Salah!! Kamu salah besar!!!
Tarik kembali kata-katamu, pergi!!!!!! Jangan pernah kembali setelah sakit yang kau beri
Dan siksa-siksa berikutnya

Kemudian aku tersadar, minggu depan adalah hari pertunanganmu.
Kali ini akan kujejak bumi sekali lagi

Komentar

Postingan Populer