Mengapa kau cumbu aku?
Malam itu, lagi-lagi aku pergi
bersamamu sahabatku itu menurutmu, kau adalah kekasih hatiku begitu aku
meyakini. Seperti biasa, aku bercerita tentang apa saja, kebetulan hari itu aku
dilanda sesuatu yang akupun tak tau, katamu...coba saja bercerita apa saja yang
kamu kerjakan seharian. Ah iya...aku dibuat kesal hari itu oleh teman
sekerjaku, juga teman-teman segenk-ku mereka membatalkan bertemu. Iya mungkin
itu, karena aku bercerita dengan menggebu-gebu, nafasku bagai diburu hantu,
tenggorokanku sakit karena menahan suaraku supaya tidak menjerit, yang ada
sakit, kamu memberiku minum, glek glek lega, dan aku pun kembali tertawa,
ketika itu kamu yang bercerita. Tanganmu, satu di kemudi, satu lagi sesekali
menggenggam tanganku yang memang aku letakkan bebas di paha kananku. Seperti
itu, memaksaku untuk membisu, terpaku jalanan yang sudah tak berdebu karena
tersapu hujan.
Laju mobilmu semakin pelan aku
rasakan, mungkin karena hujan semakin pekat, jarak pandang memang kurang maksimal, ditambah kaca mobilmu yang agak
gelap. Kamu mencuri cium pipi kananku, aku tak bergeming, alih-alih
menyembunyikan kaget karena baru saja aliran listrik menyengat pipi dan
mengalir ke seluruh tubuhku, berhasil membuatku membeku. Beberapa ratus meter,
mobilmu menepi.
Jalanan yang memang sedang hujan deras memaksa
penduduk di Jakarta mendekam saja dirumah, meski hari itu adalah hari Jumat,
yang biasanya dimanfaatkan untuk Jumat gaul. Jalanan sepi, waktu itu. Mesin kau
biarkan menyala, dengan iringan radio yang mengalunkan lagu-lagu yang menurutku
galau. Aku masih terdiam, tangan kirimu meremas tangan kananku, hangat. Tidak
bisa aku menenangkan gemuruh di dada, tanpa diminta aku terbatuk cantik mencoba
menenangkan gemuruh di dada. Sesekali aku memandangmu, sebentar…sebentar saja
kemudian berpaling memandang tangisan air hujan. Ah mengapa seperti ini,
pikirku. Genggamanku semakin menguat.
Dengan tangan kiri masih menggenggam tangan
kananku, tangan kananmu mengusap lembut daguku untuk kau bawa menghadap ke
arahmu. Damn!!! Aku harus melihat pandangan itu lagi, Damn!!! Aku mengumpat
dalam hati.
Tubuhmu condong ke arahku, wajah kita…dekat,
tak berjarak, sampai akhirnya…..
Eugh aku mendengus pelan, bibirmu mendekat,
mencium dan melumat bibir tipisku, seperti dulu kau selalu bilang “bibir kamu lembut
banget yang” Aaaargghh bukan karena ciumannya, bukan karena kamu panggil aku
sayang….tapiiiiiiiii kamu melanggar komitmen kita, atau itu hanya komitmen
sepihak? Aku saja.
Ah sayang…seandainya aku boleh memanggilmu
sayang.
Menikmati setiap hantaran electromagnet super
kencang.
Bukan diam karena kejang
Ah ciuman ini bukan aku lakukan dengan suka
rela, tapi aku tak mampu mengelak sang bara
Kamu…apa yang ada dikepalamu? Memintaku
bercumbu denganmu, apa yang kau tuju?
Sial!!! Banyak pertanyaan menari-nari dikepala,
untung saja kepalaku besar, jadi mereka punya banyak waktu untuk berlarian
disana, sementara aku berusaha menahan nafas, mengendalikan gemuruh dan
berjuang supaya tidak menikmatinya. Mana bisa?
Sayang…ijinkan aku memanggilmu sayang, paling
tidak saat aku mengatakan ini semua. Sayang…kamu tau apa artinya aku memejamkan
mata ketika bibirmu melumat lembut bibirku? Bukan aku menikmatinya, tunggu…ya
aku menikmatinya, sungguh. Tertutupnya mataku karena aku tak kuasa menahan
getaran, sungguh waktu itu aku bergetar, kakiku gemetar, dadaku berdebar.
Kalau kamu perhatikan sayang…napasku berat,
patah-patah. Aku mendengus, dulu itu dengusan nikmat, namun waktu itu aku sedang kesal.
Ya…bedanya tipis, apakah mendengus nikmat atau kesal, hujan membantuku
menjadikan nafas dan dengusanku seirama dengan tangisan mereka. Aku menegang,
dudukku tegak. Dengan keahlianmu, tangan kananmu merengkuh tengkuk meninggalkan
ciuman dahsyat, beralih ke belakang telinga, lagi lagi aku mendengus, kali ini
nikmat. Tangan kirimu membimbingku merebahkan diri, jok mobil sengaja kau
regangkan. Apa yang kamu lihat? Selain nikmat? Malam semakin pekat, ah
aku…kamu…tanpa sekat.
Kenapa???!!!!!
Bibirku seakan melekat dengan segalon perekat. Tubuh kita menyatu tanpa
sekat, tapi...kenapa
disana…ada sekat?
Aku tidak pernah ingin membuatmu
terpikat, nyatanya kita pernah dekat. Dulu...aku pernah mengatakan betapa aku
mencintaimu dalam waktu singkat, sekarang....perasaan itu masih lekat.
Sayang...apabila aku mengatakan asumsi-asumsi yang mengisi kepalaku dan dikirim
untuk menggelitik hati, kamu...berani? berani untuk mengklarifikasi, berani
untuk mengakhiri?
Sayang...boleh aku mengatakan?
Pergilah...datangilah kekasihmu, bercumbulah dengannya. Katakan padanya kamu
sayang padanya seperti kamu mengatakan “Aku sayang kamu” ditengah cumbu rayumu
dengan pandanganmu lurus tertuju ke mataku. Apa yang kamu cari? Temukan disana.
Aku yang hanya menjadi
bayang-bayangmu, selalu ada dibelakangmu. Harusnya, kamu hanya bisa
memandangku, aku mengikutimu tapi kamu tak akan mampu menyentuhku.
Ya...begitulah seharusnya aku, bukan boneka pemuas nafsu meski aku mau juga
begitu.
Apabila bercumbu menuntun kepada
siapa pemilik hatiku, datangi kekasih hatimu kemudian bercumbu. Biar kamu tau
apakah dia pemilik hatimu, dari dulu.
gambar diambil dari :http://terselubung.blogspot.com
Kisah nyata atau fiksi??? :D
BalasHapusbersembunyi dibalk kata fiksi, eaaaaa fiksi ini sayang
HapusWakakakakak.. Ehh Ta, ajarin bkin blog dong :D
BalasHapusbikin di blogspot coba
Hapuskya beneran kak, full of fiksikah ?
BalasHapusini ceritanya curhat ahahahha ada sebagian rasa yang dibawa disana *ngeles*
BalasHapusaaahaa real semua ya ;)
BalasHapuscurhat katanyaah...
si sayang adalah sahabat ?
*kepo dengan anonim < < tak bisa buat blog
Secara garis besar fiksi, tapi rasa kesel jengkel marahnya real, kira kira gitu deh
BalasHapussetting dan plotnya sekadar fiksi kak mifta ?
BalasHapusaaa bisa banget bikinnyaah ;) feeling so real
*still anonymous
referensinya nonton sinetron bwuahahahaha heh kamu ga bisa mencantumkan nama apa? *galak*
BalasHapustakuuttt ;p
BalasHapusnama aku devi kak mifta , salam knl
sudah tdak misterius lagi dee ;)
baru saja sadar , posting ini sudah lama dan aku komentar sekarang aiiih
ahahahaha so much devi in my life. iya cerita ini so last year
BalasHapusaaaak how proud i'm x))
BalasHapussudah ktnggalan jaman dunk kisahnya kak
aahahhaha karena ini fiksi jadi ga ketinggalan jaman ahahaha
BalasHapusowhhh baiklah kak , selamat berkarya :))
BalasHapusthank you devi
BalasHapuskeren :)
BalasHapusmakasih nana
BalasHapus