Kamu (bukan) Lelaki dalam Ceritaku

Aku membaca tulisanmu, benar kamu ingin menjadi lelaki dalam ceritaku? Bukankah kamu tau itu hanya angan-anganku tentang seorang lelaki, yang sebenarnya hanya aku karang-karang supaya aku punya bahan bercerita didepanmu? Aku tergelak ketika kamu mengatakan “yang bisa membuatmu mengunyah roti berisi selai strawberry lebih pelan dari biasanya agar kamu bisa lebih lama berdua dengannya” hei...pernahkah kamu tahu kalau aku memang penikmat makanan dengan kecepatan sangat lambat? Bahkan ketika menikmati semangkuk bakso langganan denganmu, aku sengaja mengaduk-aduk menunggu sedikit hangat “aku lebih suka menikmati bakso dengan kuah hangat hampir dingin” selalu begitu kataku. Justru itulah saat aku ingin duduk di kedai bakso itu lebih lama, denganmu. Karena ususmu yang lebih panjang atau kamu memang rakus ehehe, kamu bisa menghabiskan dua mangkuk bakso, aku senang karena waktu kita bercerita bertambah panjang. 

Lelaki dalam ceritaku, bukan...khayalanku lebih tepatnya. Apakah ada laki-laki seperti itu? Padahal kamu tahu, senja di kota kita ini tidak terlalu bagus, mungkin ada yang bagus, tapi kita tidak bisa menikmatinya setiap saat. Mengingat kita bekerja dan meninggalkan kantor ketika matahari sudah kembali ke peraduannya. Aku menyukai saat menikmati senja bersamamu, dengan cara kita. Berkirim gambar hasil jepretan kamera hand phone seadanya, bagaimana langit bercerita ketika menjelang senja. Tidak setiap hari memang, tapi ketika kamu tidak sibuk dan mengirimkan gambar langit di balik jendela kantormu, aku senang. Teman sebelahku sangat mengenal raut mukaku ketika menerima gambar darimu, pasti aku dilempar dengan boneka mini miliknya. Kemudian ketika kita tidak sibuk di saat senja, kita bercerita melalui messenger, sesekali webcam dengan saling pamer mug kesayangan berisi minuman kesayangan. Kamu kopi, aku teh. Perfect!!!

Aku tidak bersembunyi pun kamu akan mencari aku bukan? Hei...bagian itu tentang kamu. Aku sangat mampu dan mahir memilih makanan apa yang akan aku makan setiap harinya, mungkin aku salah satu perempuan yang paling tahu apa yang aku mau. Tapi aku selalu berpura-pura bingung mau makan apa supaya kamu mengajakku ke tempat makan kesukaan kita, atau tempat makan hasil temuanmu, hahaha aku selalu suka. Satu lagi, kamu tahu kan kalau aku mahir urusan mengutak-atik komputer? tapi aku selalu meminta bantuanmu, itu alasan lainku untuk bertemu kamu kala aku rindu. Coba kamu hitung, berapa malam kita habiskan bersama? Berapa sungging senyum tersaji dalam pertemuan-pertemuan kita? Aku ingin mengatakannya kepadamu, aku selalu ada untukmu, menjadi canggung seketika dibuat olehmu. Terciptalah sandiwara aku memuja lelaki lain, aku sangka dengan begini...menjadi sahabat yang paling dekat adalah posisi terbaikku, aku takut kamu tidak menginginkan hal yang sama.

Hei...aku membacanya, jelas sekali...sejelas penjelasan guru Tk kepada muridnya, dengan kalimat paling sederhana mampu kucerna. Aku akan memulainya, dengarkan aku “Aku akan pergi bersamamu tak peduli kemana arahnya, yang penting aku bersamamu” dan ini aku mengatakannya kepadamu “Karena kamu ada, disinilah aku, yang akan menenangkan gemuruh dadamu yang sudah terlanjur terdengar olehku”
Hei...kamu...aku tidak akan membiarkan kamu berangan-angan menjadi lelakiku yang ada dalam ceritaku, kamu adalah dunia nyataku. Tanpa perlu meminta dengan kata-kata, apa genggaman tanganku tidak cukup untuk memintamu tetap disini? Aku tidak hanya butuh telingamu, aku membutuhkan kamu utuh, bukan satu bagian saja.

Aku sedang menuliskan cerita tentang kamu, aku, kita, dalam versi cerita nyata. Jangan meminta lagi...karena ceritaku hanya tertuju kepadamu, hanya kamu. Aku menjadikanmu tidak sederhana dalam cintaku, tidak juga seadanya. Jadi sini, biarkan kita saling mencinta tanpa meminta.


------------------------------------------------------------------------------------
 
Cerita di atas terinspirasi dari blog seorang teman namarappuccino, silakan klik disini

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer