Deilan!!! Pikirkan kembali sebelum berlari
Selama ini aku merasa akulah yang
paling beruntung, karena mendapat cinta dan memberikan sebaliknya dengan
sepenuh jiwa tanpa tersisa. Ternyata aku salah, apa sebutan orang yang sama
sekali tidak beruntung? Sial? Ya...aku adalah perempuan sial yang bersembunyi
dibalik kelambu bernama beruntung. Segalanya yang aku dapatkan, bertahan
sepanjang aku dapat berbaring didadamu, mengecup bibirmu atau pelukmu
bersamaku. Setelah itu hanya hampa. Sesaat kemudian merasa ditinggalkan. Aku
mampu bertahan, mengatas namakan cinta. Inilah yang aku sebut cinta, menerima
apa adanya meski kamu telah berdua. Menerima sisa bingkai bibirmu setelah
saripati kau habiskan bersamanya. Menerima ingkarnya janji-janjimu dengan
kalimat tak mengapa, aku baik-baik saja. Kalian berdua bahagia saja, disini aku
akan mengerti. Aku sepertinya tidak sadar selama ini hanya dibuai bualan
belaka.
Aku merasa...aku seperti candu, iya
kamu merinduku, iya kamu butuh aku, iya kamu bisa gila tanpa aku, iya kamu
menggebu-gebu ketika menciumku, tapi itu pada waktu tertentu. Kamu menikmatinya
diam-diam, sama seperti kamu menikmatiku. Kamu datangi aku diam-diam, tak
seorangpun yang tahu, sahabatmu, keluargamu, apalagi istrimu. Aku hanya baterai
cadangan untukmu, aku adalah jajanan diluar yang menyudahi kebosananmu terhadap
makanan rumahan. Aku adalah air pengisi tekomu ketika dahaga melanda dan
istrimu sedang kemarau. Larilah kamu ke arahku. Selebihnya? pernah? Kamu
mendatangiku karena AKU? merinduku karena tawaku? menciumku karena ingin
menyematkan cinta tanpa tersisa? pernah merengkuhku bukan karena nafsu? bukan
karena tubuh molekku?.
Ketika aku terbaring dirumah
sakit 14hari karena depresi setelah kamu memintaku melakukan aborsi, hanya sekali
kamu mendatangi. Sementara istrimu hanya menekan tombol hijau di hanphonenya
dan mengatakan "aku tidak enak badan" keresahan nampak diwajahmu
sepanjang kita makan malam. Memang harusnya begini, aku yang harus mengerti, mampu
mengendalikan diri. Sementara kamu dikendalikan oleh istrimu. Ini cinta, pikirku
waktu itu.
Aku menyerahkan waktuku untuk
menunggumu, bodohnya aku menggantungkan rinduku dibahumu. Menyelipkan setiap
bahagiaku dibawah ketiakmu. Ribuan doa sudah aku panjatkan untuk kita bersama.
Berapa? berapa hari kita habiskan bersama? sementara aku habiskan ribuan hari
untuk menanti datangnya restu. Restu dari siapa? bodohnya aku.
Lihatlah aku sekarang, berhentilah
sebentar. Lihat aku...lihat!!! pipiku membulat,menyatu dengan tulang pipiku
yang dulu selalu kau rindu, menurutmu tulang pipiku sempurna, sekarang tidak
ada. Payudaraku membengkak seperti semangka. Jari-jari tanganku kebas karena
menggendut. Lihat,lihat kakiku. Tidak muat semua stiletto-ku, bengkak semua. Ini...sini...pegang
perutku, ini bukan tumor, ada anakmu disini, darah dagingmu!!!.
Sembilan tahun kamu pikir tidak
akan ada kebobolan gawang karena bermain aman. Itu kenapa kamu terus
bersenang-senang. Bajingaaaaannnnn!!!!!
Sekarang kamu memilih istrimu
yang selama sembilan tahun kamu adukan tidak pandai urusan ranjang. Sialaaaan!!!!
tanggung jawab kamu Deilan!!!! sembilan tahun dei...sembilan tahun!!!
Setelah surat ini sampai
ditanganmu, lebih baik kamu mencariku. Kamu tahu kan dimana menemuiku? Aku tidak
mengancammu, aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti istrimu yang menenggak
sebotol valium untuk menarik perhatianmu. Dengan atau tanpa kamu, anak ini akan
tetap aku besarkan, tidak ada lagi aborsi-aborsian. Kamu pikir sampai kapan
kamu akan bersenang-senang? Pikirkan kembali sebelum kamu memutuskan untuk
berlari.
Deylan ini perlu dipukuli.
BalasHapusGadisnya, perlu dikatakan bodoh.
Tapi kemudian dikatakan pintar.
Setelah itu dikatakan, kembalilah berjalan.
Anak itu akan menjadi pintar. Jangan sebodoh ibunya, jangan sebajingan bapaknya.
sayangnya si gadis mengalami keguguran karena aborsi sebelumnya,si anak menjadi penghuni surga sementara ibunya membayar dosa dengan luka, bapaknya hidup dengan bayang masa lalunya. ahahah standard. makasih Namara
Hapus