Socmed oh Socmed
Socmed oh socmed (baca : social
media jangan dibaca solmed atau soulmate ya)...
Wow...banyak running
text dikepala tentang socmed, dari situ ada penawar rindu ketika tidak bisa
bertemu, seperti keluarga besarku misalnya, kami memutuskan membuat sebuah
group yang (ternyata) anggota keluarga kami begitu besar, dari Sabang sampai
Merauke bahkan ada yang diluar garis kenegaraan Indonesia, kami bisa saling
berbagi cerita. Kami bisa saling bertukar gambar, memberitakan kehadiran anggota baru keluarga
besar kami, berita bahagia sampai berita duka. Foto berwajah jelita sampai
buruk rupa (untung bagian ini belum ada), atau hanya sekedar melempar canda
untuk dikomentari sesama anggota ehehhe kami berkumpul dalam satu halaman social media.
Sebagian menggunakannya untuk menambah pundi-pundi bahagia
berbusana rupiah, sah sah saja bukan? Ada yang berkalimat nyinyir dan berniat nyindir , nah bagian ini yang seharusnya
tidak ada, tapi inilah potret dunia kecil yang dikemas dalam media elektronik. Hitam
putih dunia pun hadir disana.
Beberapa menemukan cintanya melalui social media, sebagian justru mengakhiri karena social media. Terlihat sederhana, tapi
apakah ada yang begitu sederhana jika sudah bersentuhan dengan cinta? Boleh ya
aku menyebutnya cinta? Paling tidak, itulah claim
sepasang muda yang sedang (sengaja) mabuk asmara.
Berkenalan, saling bertukar informasi, mengamati apa yang
pernah dan sedang terjadi dalam rangkaian dinding social media. Atau mengenal apa yang sedang dirasa dalam barisan
kata. Ayolah...mengaku saja kita semua pernah mengalaminya. Cinta lama yang
belum benar sirna, dijemput oleh social
media untuk dihadirkan kembali kepada sang empunya cinta. Apakah akan
kembali bersemi, menjadi tawar, atau menumbuhkan benih benci, keputusan ada
pada si empu.
Turut berbahagia atas bahagia seseorang yang dianggap teman,
sahabat, keluarga bahkan mantan pacar, atau berdecak karena menderita melihat
orang lain bahagia, social media bisa
menjadi penyebabnya.
So...apapun yang ditampilkan oleh social media belum tentu apa yang benar dirasa, dikerjakan atau
dicitrakan oleh pemiliknya. Menjadi pengguna social media yang merasa beruntung karena kehadirannya seperti saya
dan keluarga, atau menjadi pengguna yang gusar karena ada bagian yang mampu memelintir sampai hampir hati terkilir. Seperti saya juga yang pernah mengalaminya (curcol dikit).
Be wise...jangan memelintir
apa yang tidak seharusnya dipelintir.
Socmed oh socmed
Komentar
Posting Komentar