Kepada cinta yang kutinggalkan
Dalam ribuan hari bersama, tak
pernah sedikitpun aku bayangkan begini jadinya. Pernah sekali, kemudian
berkali-kali aku menyiapkan diri ketika harus berpisah, berdiri tanpa penopang
kaki, menghela nafas tanpa bantuan, menggenggam jemari dalam kehampaan.
Berkali-kali juga aku melepas kalimat akan baik-baik saja ketika kita tidak
bersama, nanti. Begitu pikirku ketika itu.
Lebih dari 400hari berlalu semenjak aku meninggalkanmu kemudian kamu membalik hatimu berbalik meninggalkanku,
permohonan maafku berulang kali terucap, meyakinkan bahwa ini hanyalah khilaf
yang pasti bisa dimaafkan, bisa diperbaiki, bisa di reparasi. Mengendap-endap
mengecap cinta yang belum benar-benar memudar. Menelantarkan harga diri demi
untuk bersama kekasih pujaan. Mempermalukan diri bak gadis di pelacuran. Sampai
suatu ketika tersadar, tidak ada putaran jalan.
Pernah suatu kali aku berjalan
dibelakangmu, menggenggam tanganmu, mengecap aroma keringat bercampur parfummu,
sementara telingamu menampung renyah tawa kekasih ditempat lain, aku menunduk
tanda terpuruk.
Berkelahi dengan kata, seperti
tidak ada cinta sebelumnya, pernah juga. Berurai air mata terasa tiada guna,
hanya luruh ketika sepotong maafku, lagi-lagi aku dan barisan keterangan kepada sang kekasihmu mengalun dengan lancar, kemudian kamu memaafkan.
Apa yang terjadi hari ini, apakah pernah
melesat dalam alam pikiran sadar? aku tidak, kamu? aku hanya mampu membeku
menerima ancaman, bukan karena takut atau gentar. Semacam tersadar dari
kesalahan ribuan hari kebelakang. Memandang sebuah gambar dengan sedikit gusar.
Kau tebarkan ini hanya pencitraan, aku menyebutnya ini perbaikan.
Saat masih bersama bukan
kesalahan, menjalani kebersamaannya lah yang dijadikan alasan. Aku tidak butuh
pencitraan, aku hanya butuh perbaikan. Jika malam ini aku menerima ancaman,
dalam bentuk sedikit mencekam, jangan khawatirkan. Jalan yang salah ini, tidak
dapat kubetulkan. Diriku yang salah ini masih dapat mendapat perbaikan.
Berada dalam sengsara bukan
keinginan, sengsara karena cinta yang kandas juga bukan suratan. Bertemu sejuta
ancaman hanya bisa bertahan, di dalam rengkuhan Tuhan.
Tak pernah sekalipun kubayangkan,
cinta merebus bara menjadi neraka jahanam. Kepada cinta yang kutinggalkan, masa
depanku kupertaruhkan.
Tapi...jiwa yang baru segera
dihembuskan, setelah dilakukan perbaikan....oleh...T U H A N.
Komentar
Posting Komentar