Mencinta dalam diam
Bersemu merah jambu pipiku saat itu, menemuimu disudut cafe
itu
Aku mengenakan baju andalanku dan kamu menyandang tas di
bahu, seperti dahulu
Hmmm minumanmu belum berganti dari kopi susu dan sepotong
tiramisu
Tanganmu meraih pinggulku untuk kau rengkuh mendekatimu
Sungguh aku malu bercampur rindu, jadilah aku menunduk malu
Aku hampir lupa caramu merayu, tak perlu kalimat mendayu
untuk menjadikanmu pangeranku
Cukup dengan matamu menelanjangi mataku
Aku membisu, lidahku kelu sesekali aku melucu dalam
kebisuanku
Begitu katamu, aku pandai melucu dengan semu dipipiku
Semenit terasa sewindu, aku terus membisu tak mampu
kugerakkan tanganku untuk mengatakan sesuatu kepadamu
Setiap aku menyusun kalimatku dalam kelu, pipiku kembali
tersipu
Disitu...kau memutar badanmu, untuk memandang lurus ke arah
mataku
Candu...itu yang kusebut candu, pandangan penuh cintamu
Bagaimana aku tak mati dilanda rindu jika kamu semanis itu?
Dadaku menderu...
Kuangkat tanganku, dengan tersipu, selalu...
Kugerakkan jemariku, merangkai kata “apa kabarmu kekasihku?”
Kau raih lembut kedua tanganku, kau bisikkan “aku selalu
rindu dibuat olehmu peri cantikku”
Aku tak mampu menangkap rangkaian kalimatmu dalam gendang
telingaku, sejenak kau mundur untuk mengulangi kalimatmu
Perlahan kau berujar “A...ku,se...la...lu...ri...n...du...di...bu...at...o...leh...mu...pe...ri...can...tik...ku...”
Ah...aku mengerti
Setelah itu tanganku bergerak lancar merangkai
pertanyaan-pertanyaan tentang hari-harimu
Dan kamu pun mambuatku haru, isyarat tanganmu semakin bagus
dan menjadi rakus mencari kata-kata baru
Kini...kita tenggelam dalam percakapan panjang
Masih....dalam diam
Komentar
Posting Komentar