Rapuh
Aku yang paling merasakan hancur
memandangi setiap inci wajahmu, merasakan sayatan silet berkarat dalam setiap
tarikan napasmu. Aku menahan air mata mengucur hingga mataku memanas, aku
melakukannya sejak beberapa waktu ke belakang setiap aku memutuskan akan
mengatakannya kepadamu. Menunduk sambil memandang tangan yang selalu mengusap
kepalaku, mengacak rambut sebahuku kini mencengkeram erat botol mineral,
sesekali menenggak tanpa bernapas kurasa. Sesak. Aku mohon lunakkan sedikit
saja. Aku mohon cairkan aliran darah yang membeku disekitar wajahmu. Aku
mohon...maafkan aku.
Aku berkeringat padahal tempat
ini berada diluar, angin bergantian menyentuh kulit berniat menyingkirkan
keringat. Alhasil aku sedikit menggigil karenanya, atau karena aku kelewat
tegang? Mungkin saja.
Aku seperti sesendok coklat yang
dengan mudahnya melarut oleh panasnya amarah -yang aku sangat tahu- kamu sedang
mengusahakan untuk tidak meledak. Kau benamkan wajahmu yang berteduhkan jutaan
luka karena mencintaiku. Melabuhkan kepedihan dalam jiwamu dan terpancar dari
kilatan di matamu. Tenggorokanku seperti dijerat tali tambang, erat, tercekat
tak mampu mengeluarkan sepatah kata sekalipun. Hanya mampu menunduk bermain
jemari.
Sungguh aku berharap dapat
mengatakan semua ini dalam situasi yang berbeda, tidak disini, tidak sekarang,
tidak seperti ini. Seharusnya aku tidak menundanya, Sungguh tak terpikirkan
olehku untuk meninggalkan engkau seperti ini. Bahkan aku tak berani
membayangkan jika aku beranjak pergi, betapa hancur dan sepinya hidupmu.
Sungguh, ini adalah bagian terberat dalam hidupku sejak aku meninggalkanmu
beberapa tahun lalu.
Ingin rasanya aku meminta semua
akan baik baik saja setelah ini, dan aku sangat berharap semuanya akan berbeda
setelah ini, meski tak mungkin menumbuhkan cinta itu lagi. Cintaku tidak dengan
cintamu yang memang tidak sekalipun meninggal meski aku telah lama
meninggalkan.
Aku tak mengerti, apa yang kan
mungkin terjadi setelah ini, nanti dan esok hari. Aku mohon jangan siksa diri,
karena itu juga menyakitiku. Aku tidak menginginkan apapun selain kamu
membahagiakan diri. Jika kamu memintaku pergi dan tidak menemuimu sama sekali,
akan aku beri asalkan kamu berjanji bahagialah nanti.
Aku tidak pernah merencanakan
mencipta bulir air yang coba kau bendung. Sebelum dadaku meledak menahan sesak,
sebelum aku tersedak dalam isak. Maaf aku meninggalkanmu seperti ini. One step
closer, cincin di jari manis ini akan berpindah ke sebelah kanan beberapa hari
lagi. Cinta ini bukan untukmu, namun aku akan menjaganya sekedar mengingatkan
cinta yang luar biasa itu pernah ada.
Maaf sekali lagi.
-------------------------
Ps: Lagu yang sedang bercerita adalah RAPUH milik Padi
sukaaaaa...keren ka tutaaa....
BalasHapusih utit ih aku jadi keGRan nih, makasih cantik
BalasHapusfiksi nih? atau memang kejadian? ceritanya bagus :) follback yaw
BalasHapusfiksi sayang, makasih. follow done
BalasHapusgpp,,asal idung ka tuta jangan terbang ya,,tar pas hari H ga ada idungnya kan aneh....xixixiixixi ^^v
BalasHapusidungnya ga terbang aja udah ga keliatan, gmn kalo terbang ehehehehe
BalasHapusmakin rata,,upss...heheehehe ^^v
BalasHapusheeeeeh
BalasHapus