Kepada Waktu Yang Tak Tahu Diri

Hei waktu, ini adalah keluhan dari pemakai jasamu, aku. Aku adalah pemakai jasamu, jasa penghitung setiap jeda yang kamu deskripsikan menjadi detik, menjelma menit, jam, hari, minggu hingga tahun tahun yang sudah berderet empat angka yang sangat banyak.

Kata kata ini akan berbaris membentuk kalimat keluhan bernada kesal, iya akhir akhir ini aku sangat kesal denganmu. Kenapa? Kenapa engga?

Kenapa kamu berlari seperti sprinter? Melesat cepat seakan memang ingin memecahkan rekor, apakah ada yang mengejarmu? Kenapa kamu tidak berlari santai seperti lansia yang melakukan lari di pagi hari demi menjaga kesehatan mereka? Berlari konstan tanpa terburu buru, toh tidak ada yang memburumu.

Aku semakin kesal dengan dirimu, mengapa hanya 24 jam dalam sehari? Tidak bisakah kamu berjalan 36 jam sehari? Aku tidak meminta banyak bukan?

Waktu, kamu sungguh tidak tahu diri. Berlari tanpa memedulikan aku (semoga banyak aku diluar sana yang merasakan hal yang sama).

Waktu, apabila kamu tidak bisa menambah jumlah angka dalam putaranmu, bisakah kamu memperlambat langkahmu? Aku butuh itu, tugas tugas kuliah dan tumpukan kerjaan memintaku melahapmu, sampai akupun tidak mampu membagimu untuk diriku, memanjakanku atau hanya sekedar merebahkan punggung dan memejam.

Waktu, tolong dipertimbangkan.

Salam,


Aku

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer