Kecewanya Madre

Siapa sih yang ga suka tulisannya Dewi "Dee" lestari? Oh well mungkin ada, kebetulan aku dan suami adalah pelahap karya karya tulisan Dee (ehm berapa kali aku mengeluarkan statement ini?). Sudah 3 karya Dee yang diadaptasi menjadi sebuah film, Perahu Kertas, Rectoverso dan terbaru adalah Madre. Ketiganya menimbulkan sensasi penasaran ketika berita di media sosial maupun elektronik mulai menggema.

Akupun yang bukan penggemar film Indonesia, selalu dibuat penasaran oleh film yang diinspirasi karya karya Dee. Aku sempat membuat review mengenai Perahu Kertas disini dan sayang sekali Rectoverso tidak sempat aku bubuhkan review di blogku ini.

Perahu kertas tidak perlu dibahas lagi lah ya, ehehehe

Rectoverso adalah satu dari banyak film yang aku tonton dan aku harus keluar dengan mata sembab dan masih sesenggukan (sebenernya aku malu menuliskan ini). Setelah sedikit kecewa karena sayang sekali Perahu kertas tidak memenuhi harapan. Rectoverso mampu membayar semuanya, aktris dan aktornya, dialog dialognya, lokasi, cara mereka menggabungkan cerita, cantik. Hmmm sudah berapa minggu setelah Rectoverso, yang aku ingat hanyalah FILMNYA BAGUS DAN KEREN.

Oke sekarang giliran Madre, dari ketiga film yang diadaptasi dari bukunya Dee, ini adalah film dengan penggarapan terjelek (aaaak sorry to say). Duh belagu banget deh tuta ini, kaya ngerti film aja. Ya karena ga ngerti itulah jadi mau meracau tentang kekecewaan nonton Madre.

Ketika digembar gemborkan pemain di Madre, aku memuji muji karena cast-nya lebih tepat ketimbang Perahu Kertan (IMHO). Meski Didi Petet jauh dari harapanku untuk memerankan Pak Hadi.

Setelah nonton, aku sangat menyayangkan Tansen yang diperankan Vino Bastian. Terlalu gembel, terlalu tengil dan pecicilan, actingnya terlalu hmmm apa ya??? jadi kaya nonton FTV di tivi deh. Laura Basuki? udah oke, Didi Petet sih soal acting paling oke lah dengan jargonnya "heu'eh" ngehits banget, yang bikin kaget adalah 3 dara dan bapak pemain ukulele (a.k.a pegawai Tan De Baker) sumpah mereka itu engga banget, kemana mana berempat, ngelap kaca berempat, ngintip berempat, di dapur berempat, duuuh ga natural banget. Apalagi Titi Qadarsih kemana mana bawa buku catetan -_-

Settingnya yang seharusnya serba keren dibuang sayang hanya untuk keperluan drama, oh yeah Madre too much drama. Setting dapurnya keren banget lho, tapi itu roti roti yang diproduksi keliatan banget udah dingin. Justru pas bagian belakang belakang diliatin roti yang bikin ileran.

So, Madre is all about drama between Mey and Tansen, kuatnya cerita tentang MADRE sang ibunya Tan De Baker hilang ketutup sama cengar cengirnya Vino.

Sementara ini dulu, nanti kalo inget lagi ditambahin lagi. Cauw

Komentar

Postingan Populer