Bersamamu sekali lagi
Berbekal kartu nama yang
kamu berikan kepadaku dua minggu lalu, siang bolong begini aku membelah jalanan
Jakarta demi mengunjungi kantormu di bilangan Thamrin. Kamu tau panasnya hari
ini dan macet? Aku bukan seorang yang suka memakai topi berbeda dengan kamu
yang seorang kolektor topi dan aku
tidak suka berlindung dibawah payung ketika matahari sedang tidak bersahabat
seperti hari ini, alhasil aku menyembunyikan kepalaku dibalik surat kabar yang aku beli pagi ini dan
belum sempat aku baca.
Sesaat setelah aku memasuki pelataran kantormu dan memarkir
mobilku, aku menerima pesan singkat darimu.
“aku tunggu
di taman, tanya saja ke security mereka akan mengantarmu”
Baiklah...kamu tidak berubah, berkata ala kadarnya. Apa sih
susahnya menelpon dan memberi informasi lengkap? Sejak perkenalan kita 15 tahun
lalu, sampai kamu menghilang lama sekali dan tiba-tiba muncul dua minggu lalu,
aku masih saja tidak mengerti . Sama seperti ketika kamu mengajariku membaca notasi lagu, kepalaku dipenuhi kawanan
capung setiap kali kamu mencoba menjelaskan solmisasi. Lebih baik kamu
memintaku membuat miniatur gedung bertingkat seribu kali.
Aku mau mengeluh lagi, Jakarta panasnya sudah kelewatan,
berharap sekarang aku melihat kolam
renang dan bisa menceburkan diri, sungguh kepalaku pening. Belum lagi ini plastik belanjaan berisi pesananmu,
bodohnya kenapa aku mesti menuruti semua permintaanmu. Untuk apa kamu memesan
segala macam buah-buahan, kamu tidak berencana mengajakku membuat rujak di
kantormu kan? Lihatlah aku, kesulitan membawa tiga kantong belanjaan, dengan high heels 10cm membelah lobby menuju
taman dimana kamu menungguku.
Terima kasih security yang baik hati mau membawakan
belanjaanku dan mengantar ke tempat kamu menunggu. Masih beberapa meter dadaku
sudah bergegup super kencang, ah aku seperti
remaja kemarin sore yang akan menghadapi ujian lisan.
Oh Tuhan...is that you?? Kamu, yang duduk di sebrang tiang bendera berlindung dibawah pepohonan
yang ditanam di sekeliling taman. Oke...aku semakin gugup, rambutmu yang kamu potong rapi sedikit jabrik menambah segar wajahmu. Terakhir aku
melihatmu dengan rambut gondrong menutupi leher seperti vokalis band ternama. Hari ini kemeja putih dan
celana abu-abu tua, aduh ganteng. Aku menghitung mundur jarak langkahku menuju
tempatmu, sambil melempar senyum yang aku usahakan semanis dan se-natural
mungkin.
Delapan...tujuh...enam...
“hei ceking...giila...cantik banget kamu” ujarmu sedikit
berteriak sambil mematikan rokok yang sedari tadi kamu hisap, sebelum
hitunganku berhenti diangka satu. Aku tersenyum malu, sedikit kaku. Kamupun
memelukku dan berterima kasih kepada security yang membantuku.
“jadi aku akan mengajakmu terjun payung minggu depan. Siapkan dirimu. Aku punya kenalan di
Angkatan Udara yang bisa membawa kita. Oke?”
Astaga....aku tidak mampu berkata-kata. Tanpa basa-basi, jadi
ini maksud pertemuan kita? Permintaan itu adalah permintaan terkonyol yang
pernah aku ucapkan untuk meminta bukti cintamu kepadaku waktu itu. Tapi itu
sudah lama sekali, tapi sudahlah aku mengiyakan karena pertemuan hari ini
sangat aku nantikan, kalaupun terjun payung adalah cara kita untuk kembali
dekat, aku akan melakukan apa saja untuk melewati hari itu, bersamamu sekali
lagi.
-----------------------------
Tulisan diatas adalah hasil baca postingan huruf kecil tentang "Permainan malam minggu", seperti kata kak tomat, latihan menulis sambil menantang diri. Sambil arrang meeting buat bos dan kebetulan hari ini gw ga perlu lunch, waktu istirahat gw pake buat menantang diri.
Kalo kak tomat menyelesaikan tantangannya dalam waktu 15menit dengan 10 frase, gw berhasil mengusung 10 frase dalam waktu 1 jam, total 2 jam sambil koordinasi dengan kontraktor (koq jadi curhat) dan membaca sekali lagi sebelum akhirnya di posting.
Kak tomat, semoga suka ^.^
Komentar
Posting Komentar